April 27, 2024

Gender, Sex, dan Sexuality

Bagi orang yang awam akan pengetahuan sedikit mengenal  hal yang belum didengar, diketahui pastinya akan mengalami kesusahan dalam memahaminya. Tapi, kalau sudah faham akan hal itu pasti daya ingatnya semakin  kuat (tidak mudah melupakannya). Berbicara tentang  gender yang lebih luas lagi mempunyai perbedaan sendiri dengan sex bahkan sangatlah beda, tapi bagi orang yang awam akan pengetahuan pastinya menganggapnya  hal yang sama saja. Dan lebih menekankan kepada pemahaman anatara perbedaan gender, sex, dan sexuality.

Mengutip apa yang dijelaskna oleh mas Fais Maulana pada saat materi Kelembagaan Kopri kops PMII, waktu mapaba “bahwa gender itu sendiri lebih mengarah ke sosial budaya dan jenis kelamin, sedangkan sex kearah biologis”. Dan lebih diperjelas lagi oleh Kak Dwi putri  “Gender sendiri berbicara mengenai fungsi peran laki- laki dan perempuan, yang terbentuknya  dari kultural tempat,  lebih kepada sifatnya”. Sex yakni kodart ilahiyah, maksudnya lebih kearah yang bersifat jasmani, dan tidak bisa diubah lagi antara perbedaan laki-laki dengan perempuan, Contohnya saja laki-laki mempunyai otot (kekuatan) yang beda dengan perempuan, laki-laki alat kelaminnya penis perempuan vagina, dan perempuan juga bisa hamil, melahirkan, menyusuhi. Di samping itu kita harus bisa membedakan lagi dengan apa yang dinamakan Sexuality. Sexuality  dilihat  dari segi sikologis “hal-hal yang emosional, ketika berhubungan badan seperti apa? ,dari pandangan sosial atau Perannya ,dan  kultural, contohnya saja cipika-cipiki (berciuman) di Indonesia sendiri itu dianggap hal yang aneh, kalau itu dilihat dari negara lain contohnya saja di amerika itu hal yang biasa saja. Dan dari segi  biologis sendiri mengarah pada hal-hal yang  “Rohani”.

Perbedaan secara biologis sendiri yang saya pamahi, yakni mengenai laki-laki dan  perempuan . Laki-laki mempunyai penis, berotot, sedangkan perempuan mentruasi, payudara, dll. jadi untuk mudah saya pahami secara realitas yang ada, kesimpulannya ada hubunganya sama kenyataan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Sedangkan kata gender sendiri menurut arti  kata dari bahasa  inggris yang artinya jenis kelamin. Tapi jangan terpaku pada arti kata itu saja, lihat dulu dari segi mana kita mengambil keputusan arti makna geder sendiri.

Pandangan orang feminisme radikal, mereka berfikir bahwa transgender yakni,  “Dia laki-laki  tapi ingin menjadi perempuan, sedangkan perannya ingin untuk perubahan dirinya sendiri”. Contohnya saja Dorce Gamalama terlahir sebagai orang pria. Namun saat beranjak dewasa, dorce mulai merasa dirinya terperangkap dalam fisik yang tidak sesuai dengan nalurinya. Dorce yang terlahir dengan nama asli Dedi Yuliardi Ashadi ini pun akhirnya melakukan operasi transgender di surabaya.

Menurut pandangan islam. Sesuatu yang diciptakan Allah adalah kodrat. Demikian halnya antara laki-laki
dan perempuan sebagai individu dan jenis kelamin memiliki kodratnya masing-masing. Sebagai manusia baik laki-laki maupum perempuan sama dari segi kemausian. Bahkan, di Al-Qur’an sendiri tidak mengajarkan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan sebagai manusia. Sebagaimana telah dijelaskan dalam salah satu ayat al-qur’an yaitu;  “Wahai seluruh manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesunguhnya yang termulia diantaranya kamu adalah yang paling bertaqwa”(QS49:13)

Dalam Prespektif psikolog, menurut Sigmund Freud dibagi menjadi  3
struktur kepribadian yaitu;
(1)  Id adalah  insting yang mempunyai setiap individual untuk memenuhi kesengangan (nafsu), birahi manusia itu sendiri. Merupakan sistem kepribadian yang asli di bawa sejak lahir, beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu      berusaha memperoleh kenikmatan itu.

(2) Ego adalah Menjinakkan
Id antara subjektifitas individu dan sosial, bisa diartikan juga dengan  usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id.

(3) Superego yaitu Setiap
manusia psikoseksual (perkebangan), kekuatan moral.
Yakni oral, anal kepuasaan didubur, suka menikmati,public (mengalami oedipus complex). Berbicara tentang politik yang tidak akan lepas dari kehidupan negara ini, Politik yakni hal yang bersifat universal yang berbicara strategi, tidak hanya membahas tentang jabatan,yang bersifat homotikus (taktik politis), tetapi untuk mencapai tujuan, selain tujuan pasti ada sebab musababnya yang terjadi dalam politik itu sendiri.

Strategi-strategi perubahan sosial dalam teori rekayasa sosial jalaludidin Rakhmat, setidaknya ada 3 strategi yang digunakan oleh seorang individu ataupun masyarakat dalam mencapai sebuah perubahan sosial. Antara lain,

1.People Power
Berbicara tentang kekuatan, dalam sebuah instansi yang akan  mempengaruhi seseorang secara individual untuk mencapai tujuan. Memanfaatkan keadaan secara radikal dengan memaksa masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan.

2.Persuasive startegy
Digunakan para feminism gelombang kedua (El saadawi dari mesir memanfaatkan tulisan untuk mempengaruhi laki”). Strategi yang mengunakan media massa, karena setiap manusia tidak akan lepas dadi media sosial, disini pembuatan opini-opini yang akan mempengaruhinya.

3.Normative Educative
Lebih mengarah dalam strategi ini dilakukan di kelas-kelas ataupun di forum diskusi untuk mempengaruhinya. Karena perlu adanya pendekatan yang lebih intens. Radikal yaitu perasaan yang positif terhadap segala sesuatu yang bersifat akstrim sampai ke akar-akarnya. Sikap yang radikal akan mendorong perilaku individu untuk membela secara mati-matian mengenai kepercayaan, keyakinan,agama atau ideologi yang dianutnya. (Sarlito Wirawan), radikal itu sendiri dibagi menjadi dua; radikal libertarian yakni mempunyai pemikiran atau anggapan bahwasannya perempuan dan laki-laki harus sama. (Androgini) . Apa yang di lakukan oleh laki-laki berarti  perempuan juga harus bisa melakukan itu. Sedangkan yang kedua radikal kultural adalah menganggap laki-laki mempunyai  kelebihannya sendiri begitupun perempuan juga mempunyai kelebihannya sendiri.

(Baca Juga SEMINAR KELUARGA MASLAHAH “Santri Unggul Berawal dari Keluarga Maslahah”)