June 10, 2023

Rayu

Aku merayu semesta.

Memintamu untuk tetap terus ada.

Dalam lamunanku yang tak kunjung sirna.

Walaupun jarak memisahkan kita

izinkan aku tetap mengingatmu, Selena.

 

Aku merayu matahari.

Memintamu tersenyum setiap pagi.

Agar tetap menjadi obat hati.

Yang tengah sepi ini.

Ku tak kunjung henti menanti.

Lebar manis senyummu dengan lesung di pipi.

 

Aku merayu senja.

Untuk menyampaikan pesan kepadamu kapan saja.

Karena hati ini sungguh tak kuasa.

Menahan ingin mempuisikan dirimu yang di sana.

Setelah sekian lama tak bersua.

 

Aku merayu malam.

Menahan senja untuk sedikit lebih lama lagi mengucapkan salam.

Sekarang ku sadar, tak perlu kita terus erat saling menggenggam.

Membiarkan senja itu memberi keindahan sebelum tenggelam.

 

Akupun merayu angin, yang datang menjadikan malam begitu dingin.

Namun rasa tetap ingin.

Menunggu fajar terbit dengan penuh yakin.

Mendambakan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin.

 

Aku merayu semesta.

Untuk tetap menjadikanmu seorang idola.

Dalam hati ataupun hanya dalam mimpi kita bercengkrama.

Bercerita ataupun saling bercanda ria.

Seolah menjadi kisah komik dalam dunia nyata.

Jikalau kita hanya seorang figuran semata.

Akan tetap kujadikan kau sebagai tokoh utama.

Di dalam suatu cerita yang mengisahkan kita berdua, aku dan Selena.

 

Rayuku kepada waktu.

Untuk memberikan lagi peran kau di sampingku.

Dimana bola mataku dan matamu saling tertuju.

Memberikan makna dalam bahwa kau adalah milikku.

Walaupun lisan lagi-lagi tak mampu.

Mengungkapkan kata hati yang begitu dalam memaknaimu.

Bahkan pena pun tak akan mampu.

Menghabiskan lautan tinta kerinduanku.

 

(Baca: Rindu Itu Masih Ada)

 

Aku pun merayu Tuhan.

Agar kita disatukan.

Entah di dunia ataupun di surga tertuliskan.

Namaku dan namamu dalam sebuah buku catatan.

Apakah ini merupakan suatu ujian?

Bagi seseorang yang merindukan hangatnya sebuah pelukan.

 

Rayuku lagi pada Tuhan.

Semoga umurmu diberi keberkahan.

Jiwa dan ragamu diberi kesehatan.

Menjalani hidup dengan penuh keikhlasan.

Sampai saat waktu itu tiba kita disatukan.

.

Oleh: Faisol Arifudin (Universitas Hasyim Asy’ari)