June 10, 2023

Musuh Terbesar Perubahan Adalah Kepastian

 

literaturcorner.com – “Kepastian adalah musuh terbesar dalam suatu perubahan.” Mungkin kalimat untuk membuka tulisan ini, yang nantinya bisa menjadikan para pembaca semakin optimis bukan pesimis, menjadi terdepan bukan terbelakang. Sebaiknya kita tidak bernafsu untuk mencari jawaban paling “benar” dari diri kita sendiri.

Karena yang benar hanya milik yang di atas. Kita sebagai manusia yang normal jangan terlalu munafik dengan kebenaran kita sendiri. Yang sekarang kita lakukan dan menurut kita benar belum tentu berdampak baik pada orang lain.

Makanya jangan sombong terlebih dahulu. Ingat! Hidup-mu cuma sekali. Semua orang menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan, mungkin ada yang orangtuanya cuma lulusan SMA/MA atau ada juga yang cuma lulusan SD.

Tapi tidak mengurangi jiwa rasa semangat sebagai orang tua agar kehidupan anak-anaknya akan lebih baik darinya, sekolahnya lebih tinggi darinya, amin…..

Rasa percaya selalu ditempatkan didalam hati yang paling dalam demi perubahan masa depan anak-anaknya, pekerjaan yang ditempuh melawan panasnya rasa lelah, hingga bertetesnya air keringat, tidak membuat rasa semangat dalam mencari rezeki ini putus ditengah jalan, malah dari setiap tetesan air keringat itu dijakdikannya rasa takut jika semuanya ini akan sia-sia dalam merubah masa depan anaknya, ‘Naudzubilah’

“Nak, meskipun bapak, ibumu ini cuma lulusan SD, apa iya! kamu juga menginginkan seperti itu juga,” tanyanya kepada anaknya..

“Tidak pak, aku ingin sekolah yang lebih tinggi lagi dari bapak,” jawabnya dengan optimis

“Baguslah lah nak, kalau keinginanmu seperti itu, yang bisa dilakukan bapak hanyalah mencari rezeki dan berdo’a untuk kesuksesanmu kelak,” nasihatnya pada anaknya…

“Amin amin ya rabbal alamin, Pak”

Dengan begitu rasa semangat langsung terpancar dalam jati dirinya, aku sangat percaya do’a orang tua selalu menyertai setiap langkahku. Kehidupan yang jauh dengan orang tua, terkadang membuat kita menjadi orang yang rindu akan kasih sayangnya ada juga yang merasa semena-mena dengan mempermainkan waktu dengan seenaknya.

Artinya semua yang kita lakukan tanpa pantauan orang tua semakin kita tidak punya rasa takut dalam menjalani hidup ini, dengan begitu waktu kita permainkan, uang kita hamburkan dan hingga akhirnya penyesalan menjemputnya. Dan semoga kita semua tidak seperti itu. Mengingat-ingat bahwa kedua orang tua yang dirumah tidak enak-enakan untuk mencari rezeki, melawan panas, melawan keberuntungan untuk tiap harinya, dikasih gaji lebih atau enggak, meskipun sudah nglembur (tambah jam kerja) .

Selalu direnungkan di setiap waktu, dengan itulah kita akan merasa sangat beruntung masih mempunyai kedua orang tua yang masih diberikan kesehatan dan masih bisa mencari rezeki. Bersyukurlah. Ada salah satu hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

Doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir. (HR. Al Baihaqi)

Dengan diiringi usaha dan do’a untuk menjemput perubahan, selalu ada harapan yang dititipkan. Jangan sampai, kamu jadikan hanya dengan do’a kedua orang tua kamu akan sukses tanpa adanya usaha dalam hidupmu, sama saja itu akan sia-sia waktumu terlahap oleh kesesalan.

Meskipun kehidupan sekarang jauh dari keluarga, jangan luput semangat untuk menjemput masa depan, dengan berbekal pada percaya diri dan tak putus aja. Menyadari dari Esensi kehidupan yang tak sekedar hidup, tapi juga menebarkan kasih sayang di setiap lingkungan lantaran bersyukurlah sejatinya kehidupan akan semakin nyaman.

Kesuksesan anak tidak akan lepas dari kedua peran orangtua. Memang benar ‘kesadaran’ itu perlu kita pegang saat kemana-mana. Tapi bukan cuma kesadaran yg harus kita punyai, melainkan rasa percaya diri bahwa yang namanya ‘sukses’ itu bisa kita kejar dengan rasa semangat melakukan hal-hal baru. Kelak nanti kita akan menjadi orang yang sukses atau tidak itu tidak menjadi masalah sekarang.

Yang penting kita terus berproses terus tanpa mengenal tempat, waktu atau siapa!. Dalam artian lain, benar apa yang pernah dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara “Jadikan setiap orang sebagai guru, setiap rumah sebagai sekolah” dengan berpegetahuan dengan itu, kita akan sadar bahwa ilmu ada dimana-mana begitupun guru. Ilmu tidak hanya ada di seminar-seminar atau diskusi publik seperti yang kita lihat sekarang.

Kalau ditelusuri lebih dalam lagi, sejatinya kepekaan kita terhadap ilmu masih hal yang labil sekali, kenapa bisa begitu? kita saja sekarang menganggap bahwa orang yang mempunyai jabatan/ gelar sarjana dll itu kita jadikan sebagai orang yang terhormat yang harus kita taati agar keilmuan kita bisa manfaat kelak. Orang tualah yang mengajari kita semua bahwa ‘setiap melakukan apa saja, tata niat terlebih dahulu’, jangan sekali-kali meremehkan sebuah niat yg cuma diucapkan begitu saja.

Lebih dalam lagi, niatlah yang akan menentukan kedepannya kita akan jadi apa? Dan akan menguntungkan apa? Seandainya saja kita sadar bahwa semuanya yang sudah kita lakukan itu sudah bisa membuahkan hasil secara sesaat, mungkin yang namanya proses sudah tidak ada lagi, semuanya akan jadi instan.

Kita minta itu langsung dituruti, minta itu langsung dikasih, rasanya enak sekali. Heeeemm. Apalagi kita-kita ini yang sekarang merantau, yang jauh dari orang tua demi mencari ilmu demi mendapatkan hal yang istimewa dan baru, biar kelak bisa membahagiakan kedua orang tua. Amin

Dengan bekal nekat dan tata niat yang tepat, serta do’a orang tau yang selelu menyelimuti setiap saat. Kita sering tak sadar, meskipun kita jauh dari lingkungan orang tua. Tapi beliau (orang tua) selalu mendoakan.

Nekat bahwa pengetahuan ada dimana saja, tempat jauhpun tidak menjadi persoalan untuk menempuh hidup baru dan ilmu baru, kapasitas orang desa tidak perlu dikhawatirkan untuk berbicara tekad. Meskipun keuangan tidak mencukupi yang penting niat dan tekad ada itu ‘sudah cukup’.

Jangan jadikan ketidakcukupan kita mempunyai uang, kita malas untuk mencari ilmu, mencari hal baru, mencari pengetahuan.

Eksistensi akan kehidupan bukan cuma mencari hal baru. Tapi, mengaplikasikan hal baru tersebut dengan cara yang kita bisa. Berbekal tekad dan niat semua akan baik- baik saja.

(Baca Juga: Kita Bisa Melawan Keraguan)