November 6, 2024

Man Talk

“Aku ingin bebas, aku ingin menang, aku ingin menguasai kepala dan hatiku”. Bebas dari segala hal yang selalu menghadang dengan tiba-tiba, menang dari segala sisi yang selalu ditunggu-tunggu, sebab orang yang menang akan selalu dikagumi bukan digunjing. ‘jadilah pemenang yang sudah melalui proses dengan begitu nyaman’. Dan aku juga ingin selalu menguasai kepala dan hatiku sesuai keinginan hatiku berkata bukan nafsuku yang  berkata.
            Aku yang kemarin masih meminta-minta biarkan itu sebagai kenangan saja, jangan biarkan itu menular ke seluruh organ tubuh orang lain, apalagi aku amalkan demi mencari citra diri yang ‘baik’. Tangan di bawah-mu masih belum bisa sepenuhnya kau gunakan dengan sebaik mungkin, artinya apa yang sudah kau punya masih saja kau harapkan lagi. Cukup bersyukur saja dengan apa yang sudah kau dapatkan, bukan malah kecukupanmu itu membutamu semakin serakah dengan kekuranganmu sendiri dan akhirnya tangan di bawah-mu menjadi sebuah kebiasaan yang sudah tidak logis lagi.
 Aku mempunyai sedikit cerita, jadi aku mempunyai teman yang pada saat itu, memang dia anaknya orang yang ‘punya’ bisa dibilang anak orang kaya. Sifat yang lemah lembut menjadikannya dia mempunya perasaaan yang mudah mengasih, dan bisa dibilang mudah bersedih, apabila mempunyai teman yang lagi kesusahan. Sebut saja namanya Doni anak dari seorang juragan sapi dan kambing, yang setiap bulannya pasti dari penjualan kambing menguntungkan banyak uang. Jadi, Doni sebagai anaknya Cuma bisa bersyukur. Sifat jiwa mudah bersyedekah sudah ditanamkan ayahnya sejak dini. Tidak heran lagi kalau si Doni sering memberikan sedikit bantuan kepada temannya yang lagi membutuhkan, sampai-sampai dia tidak pernah memfikirkan kerja ayahnya itu seperti apa? Yang dia pikirakan hanyalah setiap hari dikasih uang saku, berangkat membawa 50.000 pulang sudah lenyap ditelan teman-temannya sendiri.
Kenyaatannya dari cerita tersebut kita sebenarnya sudah faham, mana orang yang benar-benar ingin bersedekah dari jerih payanya sendiri dan mana yang dari pemberian Orang Tua. Memang semuanya baik dan tidak ada yang perku disalahkan. Memang semuanya akan mendapatkan pahalanya kelak di akhirat. Tapi, yang perlu diketahui lebih dalam lagi, kita yang sebagai orang penerima rezeki tersebut, juga harus lebih faham lagi, harus lebih detail lagi dari mana rezeki itu tersebut di dapatkan. Bukan Cuma menerima saja dengan keikhlasan saja, melainkan melihat asal usulnya. Bukan bermaksud berhusnudzon, tapi belajar berperilaku sadar akan ‘rezeki itu sudah ada yang mengaturnya, dan jangan selalu mengharapkan apa yang tidak pernah kita pikirkan’.
Mari kita semua belajar lagi, mengenai kedaiman ‘saling memberi’ bukan saling mencaci. Kita pernah memberi tapi dari pemberian itu , terkadang kita malah dicaci-maki. Memang susah mencoba menjadi orang yang ingin belajar memberi. Tapi jangan terlalu khawatir dengan semua itu. Teruslah melawan egomu untuk mencapai keperbedaanmu dengan orang lain.