April 19, 2024

Instan Bukan Budaya Kita

literaturcorner.com Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya (QS. Al-Qiyamah : 16-19).

Tergesa-gesa, menjadi salah satu sifat manusia untuk melakukan sesuatu hal karena di dorong oleh nafsu. Bahkan tidak jarang hari ini manusia melakukan sesuatu karena atas nafsunya. Sedangkan, tergesa-gesa atau buru-buru melakukan sesuatu itu merupakan salah satu sifat setan (Baca Nashaihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani)

Contoh, jika kita semua akan melakukan perjalanan mengendarai motor atau mobil dari Banten menuju Jakarta bila tergesa-gesa maka kemungkinan kecelakaan ini sangat rentan sekali. Bahkan tidak jarang yang melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa akan terjadi kecelakaan. Maka hal yang paling utama adalah meluluhkan rasa ketergesa-gesaannya atau dengan kata lain menaklukan nafsu kita sendiri. Sebab Rasulullah jelas dalam keterangannya, bahwa perlawanan yang paling penting adalah melawan dan menaklukan rasa nafsu kita sendiri.

Baca Juga : Mapaba lll Rayon PMII Teknik UNUSIA Jakarta, Menciptakan Generasi Baru sebagai ajang Berproses Bersama dan Berkaderisasi di PMII Selamanya – Process Together, PMII Forever

Bangsa Indonesia, atau pemuda hari ini sangat kental dengan kata “Millenial”. Dan millenial ini sangat cenderung dengan hal yang bersifat terburu-buru. Pengen cepet selesai, baypass, sing penting beres atau dengan kata lain “Instan”. Yang padahal segala sesuatu perlu ilmu dan proses yang panjang juga matang. Segala sesuatu yang menjadi tujuan kita hendaklah dipikirkan dan di putuskan sematang mungkin agar kemudian langkah yang kita lakukan tidak terjebak dan harus mengulanginya dari nol kembali.

Nafsu manusia itu ibarat seseorang yang sedang mendaki gunung. Karena pada dasarnya gunung itu indah maka tidak sedikit manusia yang ingin menaklukan gunung tersebut. Ada beberapa macam sifat manusia. Pertama, karena tergesa-gesa ingin melihat keindahan sebuah gunung mereka berjalan secepat mungkin untuk menaklukan sebuah gunung. Maka tidak sedikit mereka yang melakukan pendakian dengan cara tergesa-gesa kelelahan dan akhirnya harus pulang.

Kemudian yang kedua, ada tipe manusia yang mendaki gunung secara perlahan akan tetapi semangatnya hilang di tengah jalan. Artinya memang semangat ini perlu agar kemudian kita bisa menghargai dan menghormati dalam setiap kejadian di perjalanan. Dengan kata lain menikmati sebuah proses pendakian.

Dan yan terakhir orang yang sabar dan semangat dalam melakukan pendakian. Selangkah demi selangkah dia lakukan. Setiap perjalanan penuh semangat dan menikmati sebuah perjalanan. Dan orang yang ketiga ini adalah orang yang pasti sampai di atas puncaknya. Tentunya, proses tidak akan mengkhianati hasil. Sesuai dengan apa yang telah di janjikan Allah SWT dalam firmannya, “Allah mengangkat Derajat orang orang yang beriman dan berilmu pengetahuan kederajat yang Tinggi” (Q.S Al-Mujadalah : 11).

Maka, bagi saya instan bukanlah budaya bangsa kita. Tergesa-gesa atau terburu-buru bukanlah ajaran kita. Tetap tenang setenang-tenangnya. Karena tenang akan membawa kita kepada tujuannya.

Teguh Pati Ajidarma : Aktivis PMII Banten