June 10, 2023

Anak Muda sebagai Mak Comblang

literaturcorner.com – Sebagaimana yang disebutkan bahwa peran pemuda sangatlah penting dan strategis bagi sebuah perubahan. Kehilangan masa muda sama artinya dengan kehilangan kemewahan yang substansial pada kebahagiaan, masa muda adalah perintis kajayaan. Oleh karena itu, waktu muda adalah waktu yang sangat penting, mahal dan menentukan bagi proses selanjutnya sehingga layak dirawat dengan sebaik-baiknya, agar tetap berkontribusi bagi hal-hal yang sangat bermanfaat, bukan saja bagi dirinya tapi juga bagi masyarakat sekitarnya. Apalagi dikalangan ruang lingkup Universitas.

Mahasiswa dituntut menjadi peran utama dalam menyambung lidah masyarakat atau sering disebut Agent of Change, itu sebagai modal utama dalam mengembangkan perubahan yang di zaman serba teknologi ini. Memberikan pengaruh besar dalam merubah sikap masyarakat yang sekarang selalu mengambil keputusan dengan ‘instan’, tidak berpikir dulu dari mana sumber pemberitahuan tersebut.

Dari situlah peran mahasiswa sebagai agent of control juga digerakkan. Iron stock, juga menjadi peran yang signifikan dalam memiliki akhlaq yang mulia, jadi percontohan, dan lebih memperkaya lagi akan pengetahuan yang masih kosong dipikiran kita, dalam artian kita juga harus belajar dalam bidang lain, bukan sekadar belajar bidang keahlian saja, melainkan yang lainnya. Sebab saat terjun di masyarakat, ilmu yang lebih diutamakan dalam membimbing, mendidik adalah Akhlaqul kharimah.

Ketidakpastian bisa kita lawan dengan keyakinan yang haqiqi”.

Sebagai Iron stock harus siap menghadapi kenyataan yang sebenanya terjadi dalam kehidupan masyarakat. Problem-problem yang masih belum bisa tertangani harus segara dikerjakan. Dan siapa lagi kalau bukan kita sebagai generasi millenial.

Ada banyak hal yang akan menjadi persoalan penting dalam melakukan perubahan, yang mana semua itu akan dikaitkan dengan campur tangan mahasiswa yang masih mudah untuk disadarkan akan pentingnya melakukan perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Dalam artian kita harus bisa menyerap aspirasi pada pemerintah lalu kita sambungkan pada masyarakat.

Dengan demikian, peran sebagai garda depan perubahan akan semakin leluasa. Daya kritis sebagai mahasiswa yang milenial akan menjadi taruhan, maka dari itu mahasiswa juga diharapkan untuk  lebih  bijak dan cerdas dalam memilih sebuah gerakan yang mana bisa menjaga marwah gerakan mahasiswa agar tetap pada derajat yang mulia. Kita sebagai mahasiswa diajarkan di Perguruan Tinggi dalam menghadapi situasi sosial dengan kondisi pikiran yang tenang dan hati yang tentram, agar mengambil keputusan tersebut bisa sesuai keinginan bersama bukan individual.

Di situlah mahasiswa  menjadi panutan, imam besar bagi masyarakat. Memberi apa yang bisa diberikan ,memperjelas apa yang bisa dijelaskan. Perspektifnya untuk menjadi yang utama dalam memperjuangkan nilai-nilai pancasila, mahasiswa diharapkan sebagai penengah di antara masyarakat awam akan pengetahuan dengan masyarakat bawah yang sekarang ini terjadi ketimpangan sosial yang tinggi. Dan harus mampu memberikan kontribusi agar kemajuan bangsa Indonesia ini bisa dirasakan seluruh rakyat Indonesia tanpa meninggalkan nilai- nilai  ideologi bangsa kita.

Apalagi dalam dunia politik seperti ini, jajaran agent of change akan memulai garda gerbang terbuka dalam menentukan arah yang semaksimal mungkin dalam mengungkapkan aspirasi kepada masyarakat yang masih belum sepenuhnya mengetahui arah tahun politik ini. Peran mahasiswa harus lebih diperbarui, diperbaiki dengan situasi yang sangat memprihatinkan ini. Sebab sekarang adalah generasi milenial sudah cukup mempunyai fasilitas yang lengkap dibandingkan zaman dahulu, serba teknologi yang sudah menjadi acuan utama atau modal utama dalam menyejahterakan kehidupan masyarakat.

Mahasiswa janganlah  terlalu terpengaruh dalam dunia teknologi, sebab keunggulan dalam teknologi hanyalah kecepatan dalam menemukan informasi terkini saja, kita dituntut untuk bisa lebih aktif dalam memperhatikan situasi sekarang. Tokoh-tokoh terpelajar harus diperbanyak lagi demi mempertahankan agent of control. Dengan cara apa? Belajar yang lebih giat lagi, selalau aktif dalam organisasi. Sebab keilmuan dalam dunia perkuliahan itu kira-kira cuma 30%, yang selebihnya terdapat pada organiasasi ekstra kampus.

Jiwa nasionalisme harus lebih dipupuk lagi. Agar tidak mudah goyah dalam menghadapi realitas sekarang. Oleh karena itu mahasiswa tidak boleh mudah terbohongi dengan teknologi, tidak mudah percaya dengan hoax-hoax. Kalau mahasiswanya aja mudah terbohongi dalam mengambil mana berita yang benar dan tidak.

Apalagi masyarakatnya yang akan mempunyai orientasi besar. Harus bisa menjawab, mengadaptasikan diri, atau punya keahlian yang khusus dan bisa diakui masyarakat, agar keyakinan mahasiswa sebagai agent of change itu benar-benar  ada di kalangan era muda terkini, yakni era yang dikenal sebutan digital era, agar mereka terus menjaga semangat yang dicontohkan para pemuda yang lebih dulu bekontraksi terhadap perubahan bangsa ini, meskipun dengan konteks yang berbeda.

Dalam artian, membaca kesejahteraan dan kontribusi mereka terhadap bangsa ini menjadi penting, setidaknya untuk belajar bagaimana mereka berhasil menghadirkan mimpi menjadi kenyataan, padahal mereka berasal dari suku, agama, dan ras yang berbeda.

Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Yang harus  bisa memposisikan diri  dengan situasi pada saat itu karena perubahan yang terjadi ada pada tingkat kesadaran kita sendiri.

(Baca Juga : Just Do It)