March 29, 2023

Aku Tidak Tahu, Bagaimana Ibuku Dibesarkan

literaturcorner.com Batinku, “aku baru sadar, kalau ada yang salah selama ini”

Ketakutan yang ada hanyalah sebuah rasa yang hanya mampir saja. Ketidakadilan hati nurani pada kesyukuran masih diambang batas.

Revolusi mental yang kita miliki sekarang, tidak ada artinya tanpa adanya pengaplikasian yang real. Sebab mental yang kuat terlahir dari didikan sosok kedua orang tua yang mengerti keadaan anaknya.

Sadari saja bahwa kita semua memiliki fase kehidupan yang menyerupai reaksi orang tua. Perilaku kita sekarang adalah buah kasih dari refleksi sifat kedua sifat orang tua kita.

Kejahatan mental kita, seringnya berpura-pura menunjukkan perilaku baik di depan orang yang kita hormati. Jangan sampai generasi kita terasuki krisis mental.

Di sisi lain budaya konsumtif sangat lihai dalam membuat kita menginginkan lebih, lebih dan lebih.

Pada realitasnya sampai sekarang, kita tidak tau ‘bagaimana seorang ibu dibesarkan’. Kalau seandainya kita tau prosesnya, mungkin kita sekarang tidak ada yang santai-santai, mungkin kita sekarang tidak ada yang rebahan se-enaknya sendiri. Dan mungkin juga sekarang anak muda tidak ada yang perbanyak ‘alasan’ untuk ingin berubah.

Pada dasarnya derita yang dirasakan kedua orang tua kita tidak tahu sepenuhnya, yang kita tau, hanyalah rasa senang, rasa syukur atas perhatian yang sudah diberikan kepada kita selama ini.

Romantisme kita terlalu formal dalam menyikapi semua masalah yang datang, cenderung biasa-biasa saja. Tapi, endingnya penyesalan yang ada. Haduhhh,

Ibuku pernah bilang “Kian dekat tanpa pernah diikat,”. Kita dekat dengan apapun harus ada ikatan yang kuat nak, tanpa adanya saling mengikat, kita akan terlalu sia-sia menemukan hal yang baru.

Baca Juga : Cukup Kerja Rodi yang Menyengsarakan, Para Bucin Jangan Berlebihan

Yang menjadi problem sekarang yakni kebiasaan kita tidak pernah di ketahui kedua orang tua di rumah. Sebagai anak ‘rantau’ yang pulang selalu disanjung ‘anak yang istimewa’ oleh tetangga rumah. Curriculum vitae (CV) kita terlihat bagus di mata mereka (tetangga). Pada umumnya, pemikiran orang desa, anak yang bisa kuliah di kota besar. Dianggapnya anak yang ‘hebat’, anak yang ‘istimewa’ dari yang lainnya. Tapi, mereka tidak tau apa yang sekarang kita lakukan di sini? Andai saja mereka tau kebiasaan kita sehari-hari hidup di rantau, pasti jawabannya “Ohhh jadi, hidupmu jauh dari orang tua, cuma ingin memperbaiki CV kedua orang tua-mu saja!”

Mereka tidak sadar dan kita masih saja hidup dengan sok-sok’an. Artinya, mentang-mentang kita jauh dengan orang tua, tapi kita seenaknya sendiri melaksanakan kesunahan dan meninggalkan kewajiban yang seharusnya kita lakukan.

Orang hebat hanya dimiliki oleh sosok kedua orang tua yang bisa mendidik anaknya dengan baik.

Ingat! Adanya kedua orang tua, kita bisa lahir di muka bumi ini. Hidup dengan ketidaktahuan membuat kita se-enaknya sendiri.

Dunia sempurna, jika kita tau proses kedua orang tua kita di besarkan. cerita-cerita masa lalu, sebab dari sosok kedua orang tua di besarkan, kita akan sadar, betapa ‘sulitnya’ betapa ‘beratnya’ perjuangannya untuk membesarkan kita.

Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri akan menjadi orang yang tidak tahu diri. Kenali terlebih dahulu bahwa dibalik jati dirimu ada sosok ibumu yang pernah menyusui-mu.

Gambaran masa depan kita adalah cerminan masa lalu yang perah kita lalui. Sudah berapa puluh, atau bahkan ratusan rintangan yang sudah kita lalui, untuk menjemput keberhasilan.

Keberhasilan kita tidak akan lepas dari do’a kedua orang tua.

Maka dari itu jangan terlalu nyaman menjadi penikmat yang sementara. Ingat! Kedua orang tuamu dirumah sudah menunggu hasilmu dari ngu-liah. Dan kejar impianmu demi kebahagiaan orang tuamu kelak. SEMOGA kita semua bisa meringankan beban kedua orang tua kita nanti, dengan modal usaha dan do’a darinya.